Berbicara soal pemberontakan G30S/PKI, salah satu hal yang paling diingat adalah soal Resimen Tjakrabirawa yang disebut-sebut sebagai pasukan yang melakukan penculikan dan pembunuhan enam Jenderal TNI AD.
Dari berbagai sumber, kita mengumpulkan dan menceritakan sedikit soal sejarah Resimen Tjakrabirawa. Dimana Resimen Tjakrabirawa adalah resimen yang merupakan pasukan gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman pemerintahan Soekarno.
Komandan Resimen Cakrabirawa pada saat itu adalah Brigadir Jendral Moh. Sabur. Pada zaman pemerintahan Suharto, resimen ini dibubarkan dan anggotanya dipulangkan. Tetapi pasukan ini dibentuk kembali dan diubah namanya menjadi Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden).
Cakrabirawa dalam dunia pewayangan merupakan senjata pamungkas milik Prabu Kresna yang jika dilepaskan bisa menyebabkan malapetaka yang dahsyat bagi musuhnya.
Pembentukan Resimen Tjakrabirawa ini dilatarbelakangi oleh beberapa percobaan pembunuhan yang dilakukan beberapa oknum terhadap Presiden Soekarno. Panglima TNI saat itu, Jenderal A.H Nasution lantas mengusulkan untuk dibentuknya pasukan khusus pengawal Presiden untuk melindungi sang kepala negara RI.
Setelah disetujui Presiden Soekarno, dibentuklan pasukan pengawal dengan nama Resimen Tjakrabirawa (Cakrabirawa) pada 1962. Nama Resimen Tjakrabirawa diambil dari nama senjata pamungkas milik salah satu tokoh pewayangan, Batara Kresna.
Mereka direkrut dari bekas pasukan Raider Angkatan Darat, Korps Komando (KKO) Angkatan Laut, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara, dan Brigade Mobil diberi nama Batalyon KK (Kawal Kehomatan), dengan nomer urut I sampai IV.
Menurut Soekarno dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, pasukan Cakrabirawa berkekuatan 3000 personel yang berasal dari keempat Angkatan Bersenjata. Dimana, setiap anggota Cakrabirawa berasal dari pasukan yang andal. Umumnya mereka berlatar belakang pejuang gerilya yang menonjol.
Batalyon I dan II bertugas di Jakarta dan Batalyon III dan IV menjaga Istana Bogor., Cipanas (Cianjur), Yogyakarta, dan Tampaksiring (Bali).
Karena penugasan tersebut, Markas Batalyon I KK berada di Jalan Tanah Abang (kini Markas Paspampres) dan Batalyon II menempati asrama Kwini (sekarang ditempati Marinir angkatan Laut).
Batalyon I KK berasal dari satu batalyon Angkatan Darat dipimpin oleh Mayor Eli Ebram.
Pada peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI), pasukan elit ini disebut-sebut sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan ketujuh jenderal yang ternyata hanya enam jenderal TNI AD setelah Jenderal A.H Nasution berhasil meloloskan diri.
Namun faktanya, tidak semua anggota resimen terlibat dalam tindakan keji tersebut, hanya beberapa orang saja, yang akhirnya mencoreng nama Resimen Tjackrabirawa. Beberapa anggota Tjakrabirawa yang terbukti terlibat dalam peristiwa itu dijatuhi hukuman mati, termasuk Letnan Kolonel Untung yang memimpin penangkapan dan pembunuhan itu.
Berikut nama-nama anggota Resimen Tjakrabirawa:
- Brigadir Jendral TNI. Sabur - Komandan Resimen Tjakrabirawa
- Kolonel Maulwi Saelan - Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa
- Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri - Komandan BatalyonI Tjakrabirawa - Komandan Gerakan 30 September/G30S
- Letnan Kolonel Ali Ebram - Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa
- Letnan Satu Doel Arif - Komandan Resimen Tjakrabirawa - Komandan Regu pada Gerakan 30 September/G30S yang membunuh Jendral-Jendral TNI-AD (Pasukan Pasopati Gerakan 30 September/G30S)
- Pembantu Letnan Dua Djahurub - Prajurit Resimen Tjakrabirwa - Bergabung dengan pasukan LETTU Doel Arif dan menyerang dan membunuh Jendral A.H. Nasution (lolos)
- Sersan Satu Marinir Hadiwinarto P. Soeradi (NRP. 37265) - Prajurit Resimen Tjakrabirwa
Okezone.com