Friday, September 22, 2017

AWAL BERKEMBANGNYA ISLAM DI SULAWESI SELATAN



Berkembangannya islam di Sulawesi Selatan sangat pesat. Selain dengan jalan damai, Islam juga disebarkan melalui peperangan dengan raja-raja Bugis yang menolak Islam.

Raja Tallo sekaligus mangkubumi Kerajaan Gowa, I Malingkang Daeng Manyonri’, memeluk Islam. Dia mendapat nama Islam, yaitu Sultan Abdullah Awwalul Islam. Pada saat yang sama, Raja Gowa ke-14, I Manga’rangi Daeng Manrabia, juga memeluk Islam. Dia menerima nama Islam, yaitu Sultan Alauddin.

Raja Gowa dan Raja Tallo memutuskan memilih Islam dan mengundang guru agama dari Koto Tengah, Minangkabau yang berada di Aceh, untuk mengajarkan Islam di Sulawesi Selatan. Datanglah tiga mubalig yang dikenal sebagai Dato’ Tallu di Makassar atau Datu’ Tellu di Bugis, yaitu Dato’ri Bandang (Abdullah Makmur alias Khatib Tunggal), Dato’ri Pattimang (Sulaiman alias Khatib Sulung), dan Dato’ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu). Ketiganya berperan penting dalam Islamisasi di Sulawesi Selatan.

Dalam perkembangan Islamisasi Kerajaan Gowa pada Abad XVI sampai Abad XVII, Sultan Alauddin kemudian mengeluarkan dekrit pada 9 November 1607 di hadapan jemaah salat Jumat bahwa Kerajaan Gowa sebagai kerajaan Islam dan pusat islamisasi di Sulawesi Selatan. Islam menjadi agama kerajaan dan agama masyarakyat.

Untuk merealisasikan dekrit itu, Sultan Alauddin mengirim utusan ke kerajaan-kerajaan tetangga dengan membawa hadiah untuk para raja. Kerajaan-kerajaan yang menyambut baik antara lain Sawitto, Balanipa di Mandar, Bantaeng, dan Selayar.

Selain dengan jalan damai,  penyebaran Islam juga dilakukan dengan peperangan. Tiga kerajaan Bugis: Bone, Wajo, dan Soppeng yang tergabung dalam aliansi Tellunpoccoe (tiga kerajaan besar), persekutuan untuk menghadapi Kerajaan Makassar, menolak seruan agar memeluk Islam. Alhasil pecahlah perang antara Kerajaan Makassar yang terdiri dari Kerajaan Gowa dan Tallo melawan Kerajaan Bugis yang terdiri dari Kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo. 

Meskipun terjadi perang dengan raja-raja Bugis yang menolak ajakan pengislaman akibat kesalahpahaman, Gowa senantiasa tetap menyebarkan Islam menurut prinsip dawah Islamiyah. Bagi masyarakat Bugis perang itu dianggap sebagai musu selleng (perang pengislaman) yang menyimpan banyak korban dan dendam.

Terlepas dari motivasi yang mendorong Sultan Alauddin mengumumkan perang terhadap kerajaan-kerajaan Bugis, perang itu menguntungkan proses islamisasi di Sulawesi Selatan sebab diiringi dengan pengislaman terhadap raja-raja yang ditaklukkan.

Gowa menaklukkan Kerajaan Soppeng pada 1609, Kerajaan Wajo pada 1610, dan Kerajaan Bone 1611. Dengan Raja Bone masuk Islam, sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan telah memeluk Islam, kecuali Tana Toraja.

Dengan demikian proses islamisasi antara 1605 sampai 1611 merupakan periode penerimaan Islam secara besar-besaran. Setelah itu, dimulailah proses sosialisasi Islam ke dalam struktur kerajaan dan kehidupan masyarakat. 

Kelihatannya, proses itu berjalan dengan tidak banyak menimbulkan pertentangan. Hal ini terjadi karena sejak semula, penyebaran Islam dilakukan atas prakarsa raja, serta atas kemampuan adaptasi yang diperlihatkan oleh para penyiar Islam.


Disarikan dari : majalah historia

1 komentar: