Dari Rooinga Menjadi Rohingya. Orang yang pertama memperkenalkan istilah Rohingya kepada dunia adalah sejarawan Inggris dan dibantah sejarawan Burma.
Litografi Arrakan karya Wouter Schouten tahun 1676. Orang-orang Rohingya adalah suku bangsa asli di Arakan (sekarang wilayah Burma, sering juga disebut Rakhine).
Banyak yang meyakini orang-orang Rohingya adalah suku bangsa asli di Arakan (sekarang wilayah Burma, sering juga disebut Rakhine). Tapi tak sedikit pula yang menyangkalnya. Identitas orang-orang Rohinya inilah yang jadi pangkal persoalan.
Orang yang mula-mula memperkenalkan istilah Rohingya kepada dunia adalah sejarawan Inggris, Francis Buchanan-Hamilton. Dalam laporan berjudul A Comparative Vocabulary of Some of the Languages Spoken in the Burma Empire, terbit pada 1799.
Buchanan-Hamilton mengatakan: “Saya akan menambahkan tiga bahasa lagi yang digunakan di imperium Burma yang tampaknya berasal dari bahasa etnis Hindu. Bahasa pertama digunakan oleh umat Islam, yang sudah lama tinggal di Arakan, dan yang menyebut diri mereka Rooinga, atau suku asli Arakan.”
Istilah “Rooinga” kemudian berubah jadi Rohingya.
Namun, para sejarawan Burma membantahnya. Salah satunya Aye Chan, sejarawan dari Universitas Kanda. Dia bahkan dengan lantang berkata, pengakuan orang-orang Rohingya sebagai masyarakat asli Burma adalah kesalahan. Menurutnya, istilah Rohingya baru dikenal dalam sejarah setelah era kemerdekaan.
“Istilah ‘Rohingya’ mulai digunakan pada 1950-an oleh orang-orang terdidik Bengali yang menempati wilayah perbatasan Mayu dan tak dapat ditemukan dalam sumber sejarah manapun sebelumnya,” tulis Chan dalam sebuah buletin yang diterbitkan universitasnya pada 2005.
Sekalipun para ahli enggan mengakui keberadaannya, faktanya istilah Rohingya kini dipakai untuk menyebut orang-orang Muslim di Burma yang mengalami pengusiran.
0 komentar:
Post a Comment